Saatini, optimalisasi kawasan maritim sebagai medan lalu-lintas perdagangan internasional di Indonesia menjadi kalah "pamor" dengan adanya potensi baru yakni kekayaan dalam laut, baik hayati mapun non-hayati. Tak mengherankan jika eksploitasi sumber daya ini bergitu laris sehingga banyak bermunculan kerusakan alam.
Indonesiakembali terpilih sebagai anggota Dewan Organisasi Maritim Internasional (IMO) periode 2007-2009 pada pemilihan 23 November 2007. Siaran pers Departemen Perhubungan yang diterima APIndonesia. Com Selasa (27/11) menjelaskan pemilihan anggota Dewan IMO ini bagian dari sidang Majelis IMO ke-25 tanggal 19 s/d 30 November 2007 di London.
Kemaritimanindonesia mulai dikelola secara internasional sejak zaman - 21837425 fahrdan fahrdan 25.02.2019 IPS Sekolah Menengah Pertama terjawab • terverifikasi oleh ahli Kemaritiman indonesia mulai dikelola secara internasional sejak zaman Tolong di bantuin ya 1
inklusifitas transparansi, ramah lingkungan, kreativitas, berpikir kritis. dan beretika. Tujuan pembangunan Agro-Maritim 4.0 adalah untuk. menciptakan keberlanjutan (sustainability), kemakmuran (prosperity), keadilan (justice) dan kedaulatan (sovereignity) bangsa Indonesia.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Partai Keadilan dan Persatuan (DPN PKP) yang juga Ketua Umum Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Mayor Jenderal TNI Marinir (Purn) Dr H Yussuf Solichien M, MBA, Ph.D menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara maritim yang kaya harus dikelola oleh orang-orang yang paham tentang kemaritiman dan tidak bisa dikelola secara amatiran atau
. BERLAYAR dan berlabuh dan berlayar lagi. Meniti buih, menunggang ombak. Itulah kehidupan para pelaut. Berjaya, bukan hanya di daratan, melainkan juga di lautan. Bukan cuma dalam hitungan puluhan tahun, melainkan sudah berabad-abad. Selama itu pula, pelabuhan-pelabuhan kuno Nusantara menjadi ajang pelayaran dan persinggahan antarbangsa dengan segala kepentingan, baik ekonomi maupun budaya, bahkan ketika pelabuhan-pelabuhan kuno itu berubah menjadi pelabuhan-pelabuhan modern dengan segala kekiniannya. Tetap saja, wilayah laut memegang peranan penting dalam perniagaan dunia. Ribuan pelabuhan di seluruh penjuru negeri ialah tempat menancapkan sauh. Ribuan kilometer alun samudra ialah jalan menjelajah lautan. Menjadikan laut sebagai pemersatu, lautan sebagai jembatan. Bukan pemisah. Sejarah mencatat kemaritiman bangsa Indonesia terjadi sejak masa migrasi bangsa Austronesia hingga masa kegemilangan Majapahit. Semangat bahari menjadi kekuatan yang maha dahsyat. Leluhur Nusantara telah berlayar ke segala lautan dan samudra, mulai hanya mengandalkan bintang-bintang penunjuk arah. Salah satu bukti terkuat yang menggambarkan perahu tradisional Nusantara pada masa Hindu-Buddha ialah relief-relief yang dipahat pada Candi Borobudur. Bentuk-bentuk perahu yang terdapat pada relief candi Borobudur antara lain perahu-perahu besar dengan layar lebar yang dapat memuat barang dagangan sampai ratusan ton dan penumpang sekitar dua ratus orang. Masih ada perahu-perahu kecil tanpa cadik atau yang disebut juga dengan perahu jukung, perahu lesung, perahu bertiang tunggal dengan cadik, perahu bertiang tunggal tanpa cadik, perahu dayung tanpa tiang, serta perahu bertiang ganda dengan cadik. Perkembangan bentuk perahu tradisional Nusantara pada masa ini banyak dipengaruhi dari perahu jung layar lebar dari Tiongkok. Setelah datangnya perahu jung dari Tiongkok, teknologi perahu Nusantara tidak hanya menggunakan cadik, tapi juga menggunakan layar lebar. Dalam satu bagian yang dipamerkan di Museum Bahari. Terdapat keterangan tentang kompas dengan 4, 8, atau 32 penjuru mata angin yang mempunyai kisah yang panjang. Semua bermula dari penemuan biji magnet oleh orang Tiongkok kuno, dan pengembangan kompas di Eropa. Pada awal abad ke-16, diketahui para pelaut Nusantara telah terbiasa menggunakan kompas dan peta. Orang Tiongkok kuno menemukan biji magnet yang diikatkan pada seutas tali. Hasilnya, ia akan selalu menunjukkan arah utara. Pada abad ke-12, para penjelajah Eropa berhasil membuat kompas dengan menggosokkan sebatang jarum pada biji magnet. Penemuan ini memicu perkembangan kompas hingga seperti bentuk modern saat ini. Pelaut Nusantara telah mengenal kompas sejak abad ke-15. Berdasarkan catatan Ludovico di Vathema pada 1506 dalam perjalanannya dari Pulau Kalimantan ke Jawa, ia melihat kompas digunakan nakhoda kapal yang ditumpanginya. Selain kompas, kapal tersebut mempunyai sebuah peta yang penuh dengan garis-garis panjang dan melintang sebagai alat navigasi pelayarannya. Bukti arkeologi Menurut arkeolog Soni Wibisono, kapal menduduki peranan penting dalam sejarah Indonesia. Temuan arkeologis membuktikan budaya penggunaan perahu di Nusantara sudah dikenal sejak masa prasejarah. Bukti-bukti dari adanya penggunaan perahu ini diketahui berdasarkan temuan arkeologis dalam bentuk gambar hiasan di periuk, pahatan atau goresan di batu, lukisan di goa, relief di nekara perunggu. Selain di Kalimantan, daerah-daerah tempat ditemukannya bukti-bukti arkeologi tersebut lebih banyak berasal dari kawasan Indonesia timur, seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Flores, Maluku, Pulau Muna, Pulau Bali, dan Sumbawa. Berbagai macam jenis perahu yang digunakan pada masa prasejarah, antara lain perahu bercadik, perahu sampan, kora-kora dan perahu jukung. “Banyak temuan arkeologi yang membuktikan bahwa bangsa ini punya sejarah panjang dalam bidang maritim,” terang Soni. Pada zaman Majapahit, kapal juga menempati posisi sangat penting. Sebagai sebuah kerajaan besar pada abad 13-15 Masehi, Majaphit menguasai hampir seluruh Nusantara dan beberapa daerah di luar Indonesia serta memiliki perdagangan dan pelayaran yang begitu maju. Majapahit mempunyai kapal jung berbagai macam ukuran mulai dari kecil hingga besar. Besaran itu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perjalanan yang ditempuh. Perjalanan mencari rempah-rempah ke daerah Ambon, Sumbawa, Flores, dan lain-lain. Perahu yang digunakan adalah perahu jung besar dengan bobot ratusan ton. Sedangkan pelayaran dalam wilayah sekitar Pulau Jawa menggunakan perahu jung kecil atau perahu jukung. Begitu pun Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang berpusat di Sumatra Selatan itu juga menguasai lautan. Sriwijaya dikenal sebagai negara maritim yang disegani pada abad ke-7 M. Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka. Perahu Sriwijaya memiliki bentuk jung yang memiliki bobot hingga ratusan ton. Bahkan, pembuatan perahu Sriwijaya tidak menggunakan paku besi, tetapi hanya menggunakan pasak kayu. Jenis perahu lain dari masa Kerajaan Sriwijaya ialah perahu lesung, yaitu perahu yang terbuat dari satu balok kayu besar dan panjang yang dilubangi di bagian tengahnya. Jenis-jenis perahu lesung dari masa Kerajaan Sriwijaya ini antara lain perahu lesung yang sangat sederhana, perahu lesung yang dipertinggi dengan cadik, dan perahu lesung yang dipertinggi tanpa cadik. Perahu-perahu ini ada yang dilengkapi dengan tiang tunggal dan ada pula yang dilengkapi dengan tiang ganda. M-2
Related PapersKajian sejarah pesisir bukan lagi merupakan kajian baru sejak perhatian kepada dunia maritim diberikan mulai beberapa dekade yang lalu. Disertasi Suhartono tentang kota-kota pantai di Jawa di masa sebelkum abad ke-18 dan disertasi dan karya-karya lanjutan Lapian telah meneguhkan kajian dunia maritim sebagai kajian penting dalam penulisan sejarah Indonesia di samping kajian dunia agraris dan gerakan petani. Tapi pertanyaan terpenting dalam kajian dunia maritim, dimana kajian masyarakat pesisir merupakan bagian yang penting di dalamnya, adalah apakah dalam mengkaji dunia maritim dilahirkan dan dibutuhkan satu perangkat kerja, konsep, teori, atau metode yang berbeda dengan kajian dunia agraris? Ataukah kajian dunia maritim “sekedar” menggeser subject matter kajiannya dari dunia petani ke dunia pelaut dan nelayan?Abstract Nusantara understood as a national territorial concept with emphasis that the Indonesian territory consists of islands connected by sea. While the archipelagic understood as a political concept of the Indonesian people who see Indonesia as a unitary region, covering the land land, water sea, including the seabed and the land under it and the air above it are inseparable, that unite the nation and the country as a whole and thoroughly covers all areas of national life covering the political, economic and Perkuliahan Wawasan Sosial Budaya Maritim Universitas HasanuddinBenua Maritim Indonesia BMI adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau – pulau didalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara di atasnya tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota serta tatanan sosial budaya. Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi, peranan dan potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecenderungan ini di pengaruhi oleh perkembangan pembangunan yang mengakibatkan semakin terbatasnya potensi sumber daya nasional di darat. Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi maritim sendiri sangat pesat sehingga memberikan kemudahan dalam pemanfaatan dan pengelolahan sumberdaya sebelum jalur transportasi darat merebut perhatian, jalur perairan telah berperan besar dalam menghubungkan satu daerah dengan daerah lain, satu pulau dengan pulau yang lain. Perairan, di kala itu, dipersepsi sebagai jalan, bukan batas. Itulah mengapa rumah dan pusat-pusat kota mendekat dan menghadap ke jalur-jalur sungai dan pantai. Jalur perairan itu tidak hanya berfungsi sebagai alur perdagangan dan transportasi, melainkan juga berpengaruh besar terhadap kebudayaan dan peradaban. Tetapi zaman kemudian berubah. Sastrawan Pramoedya Ananta Toer menyebutnya sebagai “Arus Balik”, di mana terjadi kemunduran dalam budaya maritim Nusantara. Pertanyaannya, mampukah generasi muda memberikan tafsir kontekstual kebudayaan maritim untuk kepentingan masa depan kejayaan bangsa? Apa saja persoalan yang membelit budaya maritim sehingga kurang berkembang? Dan strategi apa yang bisa dilakukan agar budaya maritim dapat bangkit dan menjadi penyokong masa depan bangsa?proses curatorial Museum Maritim Indonesia
kemaritiman indonesia mulai dikelola secara internasional sejak zaman